Selasa, 06 April 2010

PERENCANAAN PERUMAHAN PEMDA DI SERDANG BEDAGAI

PERENCANAAN PERUMAHAN PEMDA DI SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Tema : Arsitektur Vernakular Melayu
I. DESKRIPSI KASUS PROYEK
1.1. Tinjauan Terhadap Perumahan
1.1.1. Pengertian Perumahan
Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal, di mana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya serta dilengkapi dengan prasarana-prasarana sosial ekonomi, budaya, dan pelayanan, yang merupakan sub sistem dari sistem kota secara keseluruhan.
Berdasarkan Undang – Undang No.4 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 2 Perumahan adalah sekelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

1.1.2. Jenis – Jenis Perumahan
a. Berdasarkan Type atau Peruntukan Perumahan
1. Type Rumah Menengah Kebawah atau Sederhana yang dihuni oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, luas tanah 7m x 15m, (Type 45 / 105 m ).
2. Type Rumah Golongan Menengah Keatas yang dihuni oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas, luas tanah 10m x 17 m , (Type 75 / 170 m ).
3. Type Rumah Golongan Mewah yang dihuni oleh sebagian besar yang berpengahasilan yang serba mewah, luas tanah 12m x 22 m, (Type 120 / 264 m ).
4. Type Rumah Khusus dengan luas tanah 12m x 30 m, (Type 184 / 360 m ).
b. Berdasarkan Bentuk Massa Bangunan.
1. Satu lantai, Pada bentuk dasarnya sangat sederhana dan mempunyai sirkulasi udara yang sangat baik.
2. Dua lantai, Pada massa bentuk dasarnya berkesan mewah dan juga mempunyai sirkulasi udara yang sangat baik.

1.1.3. Fungsi Perumahan
a. Sebagai wadah atau tempat tinggal, tempat di mana seseorang atau sekeluarga bermukim atau menetap dan mendapatkan ketenangan fisik dan mental serta merupakan arsenal dimana manusia mendapatkan kekuatannya kembali setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan.
b. Sebagai mediasi antara manusia dengan dunia. Dengan mediasi ini terjadi suatu dialektik antara manusia dengan dunianya. Dari keramaian dunia manusia menarik diri ke dalam rumahnya atau perumahan dan tinggal dalam satu suasana ketenangannya, untuk kemudian keluar lagi menuju dunia luar untuk bekerja dan berkarya dan sebagainya.
c. Mempertegas struktur kota dan membantu rencana pengembangan kawasan permukiman kota Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.1.4. Syarat – syarat Perumahan
a. Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan, Dalam kenyataanya ini berwujud jalan dan transportasi atau Pengaturan Lalulintas.
b. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya.
c. Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
d. Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.


1.2. Uraian Jenis Dan Kegunaan Ruang Dalam Perumahan
a. Kategori Penghuni yaitu :
1. Penghuni belum menikah.
2. Penghuni telah menikah ( tanpa anak ).
3. Penghuni telah menikah ( memiliki anak ).
4. Penghuni lanjut usia ( memiliki anak dengan cucu dan non cucu).

Dan untuk penyimpanan barang-barang di peruntukan ruang kosong
sebagai gudang penyimpanan barang yang tidak di pakai lagi.

1.3. Tujuan Perencanaan Perumahan
a. Memberikan Kemudahan terhadap Pegawai Pemerintah Daerah Serdang Bedagai untuk memiliki rumah tinggal atau Perumahan.
b. Memaksimalkan dan efisiensi pendayagunaan lahan yang berada di kawasan Sei Rampah.
c. Menampung unit – unit rumah dan sarana penunjangnya dalam satu kawasan atau konsentrasi wadah hunian bagi Pegawai Pemerintah Serdang Bedagai.

1.4. Pendekatan Penting Dalam Merancang Rumah Hunian Perumahan
Dalam perancangan kota terdapat empat hal yang digunakan dalam merancang rumah hunian perumahan tersebut :
a. Keselamatan
Meliputi keselamatan individu dan harta benda
b. Fasilitas pendukung ( infrastruktur ) meliputi : 
c. Kesehatan Mental dan Fisik
d. Fasilitas Umum
Meliputi fasilitas pendukung seperti :
Café, Sekolah, Mesjid, atau bahkan dekat dengan rumah sakit.



1.5. Standarisasi Type Perumahan
Menurut Dijatmiko dan Priyendiswara, “Real estate is land and all the things permanently attached to it, such as trees, buildings and minerals beneath the surface. A house is real estate, but the things and furniture in it are chattels (personal property)” (1995:7). Sedangkan real properti didefinisikan “The interest, benefits, and rights interest in ownership of physical real estate” (1995:18). Menurut Menteri Negara Perumahan Rakyat no.648-384 tahun1992, no.739/KPTS/1992, no.09/KPTS/1992, tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian Berimbang, adalah (DPD REI Jatim,1996:147):

a. Rumah sangat sederhana, rumah tidak bersusun, luas lantai bangunan 21 - 36 m².
b. Rumah sederhana, rumah tidak bersusun, luas lantai bangunan kurang dari 70 m², luas tanah 54 – 200m².
c. Rumah menengah, rumah tidak bersusun, luas tanah 54 - 600 m².
d. Rumah mewah, rumah tidak bersusun, luas tanah 600 - 2000 m².

Peraturan pemerintah tentang komposisi fasilitas umum dan perumahan adalah 60% untuk rumah dan 40% fasilitas umum. Komposisi fasilitas umum 25% jalan, 15% fasilitas.
1.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan
a. Faktor kenyamanan
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah :
 Radiasi matahari
 Kesilauan
 Temperatur dan perubahan temperatur
 Repisitasi (curah hujan)
 Kelembaban udara
 Orentasi angin
 Pencemaran udara
 Kebisingan dan Debu Jalan

1.7. Aktifitas Didalam Ruang.
a. Kelompok kegiatan dan pendukung
Perlunya analisa kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada perencanaan perumahan ini, untuk mengetahui unit-unit yang akan diperlukan serta untuk memenuhi kebutuhan akan kegiatan-kegiatan yang ada sesuai dengan fungsi bangunan.
1. Konsumen (Penghuni Perumahan) adalah sekelompok orang yang mendiami / menghuni tiap satuan rumah untuk berlindung dari panas dan hujan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tamu adalah sekelompok orang yang mengunjungi penghuni suatu perumahan atau bangunan dalam menjalin hubungan silaturahmi.
3. Pengelola (administrasi / operasional), adalah sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam perumahan serta mengatur jalannya kegiatan (pengecekan, penyewaan).
b. Pengguna dan aktivitas.
1. Pengguna
Adapun pengguna dari satuan rumah adalah penghuni yang tinggal, maupun tamu yang datang pada tempat tersebut.
2. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan dalam rumah tidak berbeda dengan aktivitas umum yang dilakukan pada penghuni rumah tinggal biasa.

1.8. Program Kegiatan
Ada 4 kelompok kegiatan pokok di dalam perencanaan Perumahan Pemda ini, Yaitu :
a. Kegiatan huniaan
Merupakan kegiatan utama dalam pereancanaan Rumah Susun ini, sehingga menciptakan unit-unit hunian dengan berbagai type.
b. Kegiatan pendukung, yang terbagi atas :
1. Perdagangan
Kegiatan pendukung berupa : Mini Market, Rumah Toko (Ruko), Cafe
2. Olah raga
Kegiatan pendukung berupa : lapangan olag raga
b. Kegiatan pengelolaan
Merupakan kegiatan pengelolaan dari suatu Perencanaan Perumahan Pemda yang disesuaikan dengan struktur pengelolaan.
c. Kegiatan service
Kegiatan-kegiatan yang diperlukan demi lancarnya kegiatan-kegitan yang tersebut diatas.


1.9. Kebutuhan Ruangan
Adapun ruang-ruang yang dibutuhkan dalam Perencanaan Perumahan Pemda ini adalah :
No Masa Bangunan Ruang
1. Rumah Tinggal Ruang tidur.
Ruang tamu.
Ruang keluarga
Dapur.
Ruang makan.
Teras.
2. Ruko Pelataran
Teras
Area toko
K. Tidur
R.keluarga
R.makan
Dapur
3. Taman kanak - Kanak Ruang Guru
Ruang Kelas
R. Kepala
Toilet.
4. Mesjid Ruang sholat.
Ruang Imam.
Ruang Peralatan.
Ruang wudhu.
Gudang.
5. Pos Satpam Ruang jaga.
Toilet.
6. Parkir dan fasilitas olah raga Parkir roda empat.
Parkir roda dua.
Area olah raga
7. Cafe Dapur Bersih.
Dapur Kotor.
Ruang Saji.
Toilet.
8 Mini Market (Swalayan Mini) R. Swalayan
Kasir
Security
R. Manager
Gudang Persediaan
Toilet
Teras
R.istirahat
9 Kolam Renang R. Tiket
R. Penitipan Barang
Toilet
R.ganti
Kolam Renang
Kantin





1.10. Persyaratan Teknis Dalam Perencanaan Perumahan Pemda
1.10.1. Keamanan
Bangunan adalah wadah tempat penggunanya melakukan aktivitas. Desain bangunan dikatakan berhasil apabila bangunan tersebut benar-benar dapat mewadahi aktivitas dari fungsi-fungsi yang sesuai dengan yang direncanakan.
1.10.2. Kesehatan
a. kamar mandi dan WC beserta saluran pembuangan dan pengelolaannya sebagai sarana melakukan aktivitas buang air kecil, mandi, buang air besar.
b. Saluran pembuangan air hujan sebagai sarana penyaluran pembuangan air hujan. Dapat menghindari terjadinya genangan air hujan disekitar bangunan yang memancing pembiakan nyamuk.
c. Tempat penimbunan atau penampungan sampah sementara.
1.10.3. Kenyamanan
Kenyamanan thermal adalah kenyamanan yang terkait dengan suhu udara. Setiap daerah mempunyai iklim dan suhu udara yang berbeda-beda. Begitu pula dengan kemampuan adaptasi dari masyarakatnya.
1.10.4. Kenyamanan Audio.
Setiap lingkungan mempunyai kondisi yang berbeda-beda, termasuk kadar kebisingannya. Perumahan Pemda dengan kebisingan tinggi tentunya tidak nyaman untuk dihuni dan ditempati. Pada kondisi seperti ini perancangan memerlukan solusi khusus untuk mereduksi kebisingan yang berasal dari luar bangunan, yang dilakukan dengan menata lanskap pada setiap bangunan tersebut.
1.10.5. Kenyamanan Visual
Kenyamanan Visual dapat diwujudkan dengan pemilihan warna-warna dinding dan elemen rumah yang lainnya (Furniture, ornamen, dll). Selain itu kenyamana visual ini dapat pula diupayakan dengan menyatukan elemen outdoor (luar bangunan seperti tanaman, air dan lain-lain) dengan elemen indoor). Dengan membuat rancanagan bukaan-bukaan ruangan yang relatif besar sehingga pemandangan luar menyatu dengan desain ruang dalam.
1.10.6. Keindahan
Aspek ini terkait dengan perwujudan Perumahan Pemda untukk memenuhi kebutuhan akan penghargaan, pengakuan akan eksistensi diri, serta kebutuhan untuk dapat menikmati keindahan.
1.10.7. Persyaratan Teknis Ruangan
Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup. Apabila hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung dengan pencahayaan alami tidak dapat dipenuhi maka harus diusahakan adanya pertukaran udara dan cahaya buatan yang dapat bekerja terus menerus selama ruangan tersebut digunkan.

1.11. Elemen Bangunan
1. Atap
Atap adalah bagian bangunan yang merupakan “mahkota” yang mempunyai fungsi untuk menambah keindahan dan sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pekerjaan atap:
• Harus sesuai dengan bentuk bangunannya sehingga dapat menambah keindahan dari bangunan
• Dibuat dengan kemiringan tertentu sehingga air hujan dapat cepat mengalir pada atap bangunan
• Harus dibuat dari bahan yang tahan dan tidak mudah rusak oleh pengaruh cuaca, panas dan hujan
• Dapat memberikan kenyamanan.
2. Rangka Bangunan
Rangka bangunan harus dibuat dengan beberapa syarat yang antara lain sebagai berikut :
• Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang mantap untuk memberikan bentuk yang permanent dan mampu mendukung konstruksi atapnya
• Dapat memberikan keindahan yang agung dan artistik
• Dibuat dengan bentuk sedemikian sehingga dapat memberikan kenyamanan tinggal bagi penghuninya
• Sedapat mungkin menggunakan bahan yang banyak terdapat dilokasi pekerjaan agar harga bangunan menjadi murah.
3. Plafond
Plafond adalah lapisan yang membatasi antara rangka bangunan dan atap. Adapun beberapa syarat harus dipenuhi antara lain adalah :
• Tinggi plafond diukur dari permukaan lantai yang ada di bawahnya
• Untuk daerah tropis ketinggian plafond sebaiknya diatas 3 meter agar sirkulasi udara menjadi lancar.
4. Lantai
Lantai adalah lapis penutup tanah dalam ruangan untuk berpijak penghuni. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pekerjaan lantai adalah :
• Lantai bangunan harus tinggi dari tanah untuk mnecegah air hujan masuk ke dalam bangunan.
• Permukaan lantai pada ruang utama dijadikan pedoman untuk mengukur ketinggian bangunan.
• Lantai kamar mandi dibut lebih rendah dari ruang utama agar air tidak masuk ke ruangan lain.
5. Pondasi
Pondasi adalah bagian bangunan yang berfungsi mendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskannya ke tanah di bawahnya. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pondasi antara lain adalah :
• Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakan pada lapisan tanah lembek.
• Harus dihindarkan pemasangan pondasi sebagian pada tanah keras dan sebagian lagi pada tanah lembek.
• Pondasi harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas.
• Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi-pondasi tersebut harus dirangkai satu dan lainnya dengan balok pengikat (balok sloof).
• Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak (tolak-menolak).
• Apabila lapisan tanah keras tidak sama di dalamnya, tapi untuk seluruh panjang pondasi dasarnya harus tetap diletakan pada kedalaman yang sama.














1.12. Studi Banding Terhadap Perumahan
1. Perumahan Martubung 2. Perumahan Hunian Asri


II. ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN
2.1. Tinjauan Kabupaten Serdang Bedagai
2.1.2. Lata Belakang Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 pada tanggal 18 Desember 2003 semasa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Bupatinya adalah Ir HT Erry Nuradi MBA, Wakil Bupati adalah Ir H Soekirman, serta Sekretaris Kepala Daerah adalah Ir. H. Djaili Azwar, M.Si. Ketiga pimpinan ini dikenal sebagai pimpinan yang sangat kompak, sehingga menjadikan Serdang Bedagai menjadi Kabupaten Pemekaran Terbaik di Indonesia, dan Kabupaten terbaik di Sumatera Utara. Dari dulu daerah yang berbatasan dengan Selat Malaka ini dikenal sebagai daerah pekebunan, Hasil perkebunan daerah ini meliputi kelapa sawit, karet, kakao, dan sedikit tembakau. Perkebunan di kabupaten yang dihuni oleh beragam etnis ini dikelola oleh negara, swasta, dan masyarakat. Perusahaan negara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, III, dan IV mengelola perkebunan kelapa sawit, karet, coklat, tebu, dan tembakau yang tersebar di 11 kecamatan. Hasil perkebunan PTPN tersebut langsung ditampung industri pengolahan milik PTPN. Seperti tandan buah segar (TBS) kelapa sawit PTPN IV yang diolah menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak goreng, dan margarin di Desa Adolina, Kecamatan Perbaungan. Tetapi industri pengolahan karet, coklat, tebu, dan tembakau milik PTPN tidak ada di Serdang Bedagai. Kelapa sawit menjadi primadona karena lebih ekonomis dan menguntungkan. Dan Bila ditinjau dari perkembangan pembangunan diKabupaten Serdang Bedagai ini, maka perkembangan pembangunannya bergerak sangat cepat, dimulai dari renovasi tempat – tempat wisata, restoran-restoran, pusat perbelanjaan, sarana kesehatan, perkantoran-perkantorannya, dll
Untuk pertanian di Serdang Bedagai ini bahan makanan pangan masih menjadi hasil yang utama meliputi: padi, tanaman palawija, dan tanaman holtikultura juga tumbuh subur. Pisang barangan menjadi unggulan tanaman holtikultura yanng didominsai buah-buhan, Produksi palawija dan hortikultura diolah di Serdang Bedagai. Industri kecil dan rumah tangga mengolah menjadi makanan kecil keripik ubi jalar, keripik nangka, keripik sanjai khas Sumatera Barat, dan emping melinjo. Industri kecil yang sebagian besar berlokasi di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan ini cukup berkembang. Mereka sedang berupaya memasarkan produk-produk tersebut ke berbagai tempat. Perikanan merupakan harta karun yang belum maksimal dikembangkan. Didukung oleh garis pantai 98 kilometer dan melewati lima kecamatan, seharusnya perikanan dapat lebih maju. Perkembangan perikanan budidaya payau sayangnya terbentur mewabahnya penyakit udang monodon baculo virus (MBV). Tidak sedikit tambak yang tidak terpakai dan tidak berproduksi lagi. Produksi perikanan darat yang meliputi budidaya air tawar ini patut dikembangkan lebih lanjut. Ikan lele dan nila gip merupakan ikan yang banyak dipelihara. Melihat potensi perikanan tersebut, investor swasta menanam modal di Serdang Bedagai. Industri pengolahan ikan Aqua Farm mengalengkan ikan nila. Selanjutnya komoditas ini dipasarkan ke luar negeri. Wilayah yang dilewati trans-Sumatera ini menjadikan perdagangan makin berkembang. Aktivitas perdagangan di Kecamatan Perbaungan, Sei Rampah, dan Tebing Tinggi yang dilalui trans-Sumatera cukup ramai.
2.1.3. Orientasi Geografis
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 ” – 3 0 16 ” Lintang Utara, 98 0 33 ” – 99 0 27 ” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan 1.900,22 Km2 (190.022 Ha), dan memiliki 17 Kecamatan, 243 Desa, dan 6 Kelurahan. Yang secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah yaitu ;
• Sebelah Utara Daerah ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
• Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Simalungun.
• Sebelah Selatan Berbatasan dengan kabupaten simalungun.
• Sebelah Barat Berbatasan Langsung dengan Kabupaten Deli Serdang yaitu Sungai Buaya dan Sungai Ular.
Kabupaten Serdang Bedagai dibagi menjadi 17 Kecamatan, yang terdiri dari 237 Desa dan 6 Kelurahan, dimana Dolok Masihul memiliki 1 Kelurahan, Perbaungan memiliki 4 Kelurahan, dan Pegajahan memiliki 1 Kelurahan, yang mana sebelumnya Kabupaten ini memiliki 11 Kecamatan.Berdasarkan hasil rancangan peraturan daerah Kabupaten Serdang Bedagai no. 6 Tahun 2006 tentang “Pembentukan Kecamatan Pegajahan, Sei Bamban, Tebing Syahbandar, dan Bintang Bayu” dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sedang Bedagai No. 16 Tahun 2006 “Perubahan dan Penetapan Nomen Klatur Kecamatan Bangun Purba yang terletak disebelah timur Sungai Buaya menjadi Kecamatan Kecamatan Silinda dan sebelah sungai Ular menjadi Kecamatan Serba Jadi”. Adapun Pemekaran dan pembentukan kecamatan tersebut adalah :
1. Kecamatan silinda pembentukan dari Bangun Purba dan Bintang Bayu hasil pemekaran dari kecamatan Kotarih.
2. Kecamatan Serba Jadi Pembentukan dari Kecamatan Bangun Purba.
3. Kecamatan Tebing Syahbandar hasil Pemekaran dari Kecamatan Sei Rampah.
4. Kecamatan Sei Bamban hasil pemekaran dari kecamatan Sei Rampah.
5. Kecamatan Pegajahan hasil Pemekaran dari kecamatan Perbaungan.

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI


















Gambar II.2.1.3. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber : B A P P E D A Tahun 2009
Ibukota Kabupaten terletak dikecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Bila dilihat dari luas wilayah per kecamatan berdasarkan jumlah 17 kecamatan maka dapat dilihat kecamatan tebing tinggi mempunyai proporsi terluas 324, 85 Ha. (17,10% Dari luas wilayah kabupaten Sergei), sedangkan Kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah kecamatan tanjung beringin dengan luas 64,92 Ha. (3,42% dari luas wilayah kabupaten Serdang Bedagai). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun 2004
No Kecamatan Ibu Kota Kecamtan Kelurahan Desa Luas (Km2) Persentase (%)
1 Kotarih Kotarih - 11 209,95 11.05
2 Silinda Tarean - 9
3 Bintang Bayu Bintang Bayu - 19
4 Dolok Masihul Dolok Masihul 1 27 240,30 12.65
5 Serba Jadi Serba jadi - 10
6 Sipispis Sipispis - 20 222,60 11.71
7 Dolok Merawan Dolok Merawan - 17 108,32 5.70
8 Tebing Tinggi Tebing Tinggi - 14 324,85 17.10
9 Tebing Syahbandar Paya Pasi - 10
10 Bandar Khalipah Bandar Khalipah - 5 72,45 3.81
11 Tanjung Beringin Tanjung Beringin - 8 64,92 3.42
12 Teluk Mengkudu Sialang Buah - 12 79,91 4.21
13 Sei Rampah Sei Rampah - 17 278,37 14.65
14 Sei Bamban Sei Bamban - 10
15 Perbaungan Perbaungan 4 23 211,84 11.15
16 Pegajahan Pegajahan 1 13
17 Pantai Cermin Pantai Cermin - 12 86, 71 4.56
Jumlah 6 237 1900,22 100.00

Tabel 2.1.3. Luas Wilayah Serdang Bedagai Perkecamatan Tahun 2004
Sumber : Bappeda (RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016)

2.1.4. Topografi
1. Kelerangan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan adalah kemiringan lahan (lereng). Wilayah kabupaten Serdang Bedagai mempunyai topografi yang bervariasi, yakni kondisi landai, datar, bergelombang, curam, dan terjal. Pada sebagian wilayah utara (arah pesisir) memiliki kondisi kemiringan yang bervariatif diantaranya landai dan datar. Sedangkan untuk sebagian wilayah selatan memiliki kemiringan lereng yang juga bervariatif yakni datar dan, bergelombang, curam, dan terjal. Untuk kemiringan lereng yang terdapat di wilayah Serdang Bedagai dapat diklasifikasikan menjadi lima kelas dan didominasikan oleh kemiringan lereng landai dan datar (0-3% dan 3 – 8% ) dengan luas. Atau lihat tabel berikut :

Keadaan Kemiringan Lereng Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Kemiringan Lereng (%)
0 – 3 % 3 – 8 % 8 – 15 % 15 – 40 % > 40 %
1 Kotarih - V V V V
2 Silinda
3 Bintang Bayu
4 Dolok Masihul - V V V -
5 Serba Jadi
6 Sipispis - V V V V
7 Dolok Merawan V - V V V
8 Tebing Tinggi V V V V V
9 Tebing Syahbandar
10 Bandar Khalipah V - - - -
11 Tanjung Beringin V V V V -
12 Teluk Mengkudu V V - - -
13 Sei Rampah V V - - -
14 Sei Bamban
15 Perbaungan V V - - -
16 Pegajahan
17 Pantai Cermin V - - - -
Tabel 2.1.4. Keadaan Kemiringan Lereng Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber : Bappeda (RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016)

2.1.5. Ketinggian Lahan
Ketinggian lahan dimaksud adalah ketinggian Permukaan lahan rata – rata diatas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut . berdasarkan ketinggian tempat ini maka kabaupaten serdanbg bedagai diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi ketinggian lahan.
Wilayah kabupaten Serdang Bedagai didominasikan dengan ketinggian 7 – 25 Meter diatas permukaan laut dan untuk ketinggian lahan yang terkecil yakni 0 – 7 Meter diatas permukaan laut. Untuk lebih jelasnya tentang penyebaran ketinggian lahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Ketinggian Lahan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Ketinggian Lahan (Meter)
0 – 7 M dpl 7 – 25 M dpl 25 – 100 M dpl 100 – 500 M dpl
1 Kotarih - - V V
2 Silinda
3 Bintang Bayu
4 Dolok Masihul - - V V
5 Serba Jadi
6 Sipispis - - V V
7 Dolok Merawan - - V V
8 Tebing Tinggi - V V -
9 Tebing Syahbandar
10 Bandar Khalipah V V - -
11 Tanjung Beringin - - V -
12 Teluk Mengkudu V V - -
13 Sei Rampah - V V -
14 Sei Bamban
15 Perbaungan V V V -
16 Pegajahan
17 Pantai Cermin V V - -

Tabel 2.1.5. Ketinggian lahan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber : Bappeda (RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016)
2.1.6. Jenis Struktur Tanah
Faktor pembentuk tanah yaitu bantuan induk, umur, topografi, iklim dan vegetasi. Interaksi dari faktor – fakto pembentuk tanah itu menghasilkan jenis tanah yang berbeda. Penyebaran jens tanah di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada dibawah ini . jenis tanah yang terdapat di wilayah Serdang Bedagai yakni podsolik merah kekuningan, potsolik coklat kekuningan, hidromorfik kelabug ley humus regosol dan alluvial regosol organosol. Jenis tanah podsolik merah kekuningan yakni jenis yang paling luas di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan untuk jenis tanah yang paling sedikit terdapat di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yakni alluvial regosol organosol.

Penyebaran Jenis Dan Struktur Tanah
No Kecamatan Jenis dan Struktur Tanah
Alluvial, Regosol, Organosol Hidromorfik Kelabu Gley Humus, Regosol Podsolik Coklat Kekuningan Podsolik Merah, Kekuningan
1 Kotarih - - V V
2 Silinda
3 Bintang Bayu
4 Dolok Masihul - - V V
5 Serba Jadi
6 Sipispis - - V V
7 Dolok Merawan - - V V
8 Tebing Tinggi - V V V
9 Tebing Syahbandar
10 Bandar Khalipah V V - V
11 Tanjung Beringin - - - V
12 Teluk Mengkudu V V - V
13 Sei Rampah - V - V
14 Sei Bamban
15 Perbaungan V V - -
16 Pegajahan
17 Pantai Cermin V V - -
Tabel 2.1.6.. Penyebaran Jenis dan Struktur Tanah
Sumber : Bappeda (RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016)

2.1.7. Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata – rata kelembaban udara per-bulan sekitar 84%, curah hujan berkisar antara 340 mm per-bulan dengan perodik tertinggi pada bulan Agustus – september 2004, hari hujan per-bulan berkisar 8-26 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Agustus – September. Rata – rata kecepatan udara berkisar 1,10 m/dt, dengan tingkat penguapan sekitar 3,74 mm/hari. Temperatur udara perbulan minimum 23,70 C dan maksimum 32,20 C. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Distibusi Rata-rata Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Di Rinci per Kecamatan (dalam mm/Tahun)
No Kecamatan Jenis dan Struktur Tanah
< 2000 mm/thn 2000-2500 mm/thn 2500-3000mm/thn 3000-4000mm/thn
1 Kotarih - - V V
2 Silinda
3 Bintang Bayu
4 Dolok Masihul - V V -
5 Serba Jadi
6 Sipispis - - V V
7 Dolok Merawan - V V -
8 Tebing Tinggi V V - -
9 Tebing Syahbandar
10 Bandar Khalipah V - - -
11 Tanjung Beringin - V V -
12 Teluk Mengkudu V - - -
13 Sei Rampah V V - -
14 Sei Bamban
15 Perbaungan V V - -
16 Pegajahan
17 Pantai Cermin V - - -
Tabel 2.1.7. Distibusi Rata-rata Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Di Rinci per Kecamatan (dalam mm/Tahun)
Sumber : Bappeda (RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 – 2016)

2.1.8. Kelembagaan Pemerintah
Perengkat Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah kepada daerah Kabupaten, Kepala wilayah kecamatan, kepala desa atau kelurahan. Tugas pemerintah Kebupaten meliputi wewenang dan kibijaksanaan kegiatan pemerintah daerah, pemerintah umum,pemerintahan desa, tugas pembantu, dan lain – lain sesuai dengan Undang – Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
Untuk membantu pemerintahan daerah dalam melaksanakan wewenang dan tugas daerah maka Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di bantu oleh unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten. Yaitu meliputi antara lain :



















































2.1.9. Keuangan Daerah
Sumber Keuangan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai berasal dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah atau PAD, dibagi hasil pajak atau BHP, dan dibagi bukan hasil pajak atau BHKP.

2.1.10. Prasarana Sosial Ekonomi
Uraian mengenai Sarana dan prasarana yang terdapat diwilayah kabupaten Serdang Bedagai sistem perhubungan, dan sarana dan prasarana sosial ekonomi. Sistem perhubungan meliputi sistm transportasi dan komunikasi. Sarana sosial ekonomi meliputi sarana pendidikan, kesehatan,peribadatan, perdagangan, pariwisata, penyediaan air bersih, listrik dan sumber energi.










III. INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA
3.1. Tinjauan Teoritis/Konseptual
Defenisi Tema dalam Arsitektur
Merancang dengan tema berarti mengusulkan salah satu kemungkinan perwujudan dari gagasan (Ir. Josef Prijotomo, M. Arch, dosen Arsitektur ITS). Menurut Gunawan Tjahyono, “Tema dalam arti purbanya lebih merupakan pijakan bagi sebuah tajuk. Dari situlah kita yang terlibat dalam kehadirannya berangkat untuk melakukan bahasan, ulasan, dan tindakan (intelektual). Dengan demikian, tema melandaskan seluruh olahan berkarya dan tindakan intelektual atau seni. Dari contoh yang sama, dalam bidang arsitektur, tema dapat melandasi tindakan berarsitektur.” ( Kilas Jurnal FTUI, Januari 2000, volume 2 nomor 1, halaman 79 ).
Arsitektur adalah dunia yang tidak bisa dilepaskan dari tema, karena dengan tema itulah kehadirannya dapat lebih bermakna. Lebih dari pada itu arsitektur adalah dunia yang di dalamnya terdapat semangat untuk terus mencari sesuatu yang baru dan semangat untuk mencari jawaban.” ( AMI – Arsitek Muda Indonesia, Penjelajahan 1990 – 1995, Subur, Jakarta, 1995 ).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tema adalah :
 Pokok pikiran, dasar cerita ( yang dipercakapkan ) dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan lain – lain.
 Bertema, berarti mempunyai tema.
 Bertemakan, berarti berlandaskan tema.
Tema berasal dari bahasa Yunani yaitu Tithenai yang berarti meletakkan, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan Theme yang selanjutnya kita kenal dengan istilah tema yang memiliki arti apa yang diletakkan, dinyatakan dan memposisikan sesuatu.
Tema terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu :
 Dari unsur teraga, nyata (seperti tema tentang flora, tema hutan, tema fauna dan lain-lain).
 Dari unsur tak teraga, abstrak (seperti tema kemanusiaan, tema budaya, dan lain-lain).
Dari uraian pengertian tema dalam arsitektur diatas maka tema arsitektur yang diangkat pada Perencanaan Perumahan Pemda di Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai adalah Arsitektur Vernakular Melayu, dimana penerapan tema arsitektur ini, diambil dari semboyan atau motto yang ada di Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Tanah Bertuah Negeri Beradat yang mana tujuan dari perencanaan ini berdasarkan tema tersebut adalah untuk tidak meninggalkan kebudayaan yang ada di Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Karena pada perencanaan ini yaitu Perencanaan Perumahan Pemda yang diperuntukkan pada pegawai pemerintah kabupaten Serdang Bedagai ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan terhadap penghuni nantinya sehingga penghuni perumahan ini, nantinya tidak merasa bosan, dan jenu sehingga mereka merasa seakan – akan tinggal pada suatu villa. Yang membuat mereka betah, berpikir pun lancar dan hubungan didalam keluarga maupun lingkungan bisa lebih baik.

3.2. Pengertian Arsitektur Vernakular Melayu
Vernakular artinya adalah bahasa setempat, dalam Arsitektur istilah ini digunakan untuk menyebut bentuk – bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik Arsitektural (tata letak denah, struktur, detail – detail bagian, ornament dan lain – lain).
Arsitektur Vernakular tumbuh dari arsitektur rakyat,yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada Tradisi etnik.Dengan demikian Arsitektur tersebut sejalan dengan paham kosmologi,pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai cerminan jati diri yang dapat dikembangkan secara inovatif kreatif dalam pendekatan sinkretis ataupun eklektis. Modernisasi dan kemajuan teknologi serta interaksi sosial ekonomi menuntut kehadiran Arsitektur yang mampu berdialog dengan tuntutan baru.Sinkretisme .arsitektur vernakular Indonesia merupakan potensi yang memberi sumbangan pada “post modernisme” dalam tampilan arsitektur “Neo-Vernakular”.Dengan demikian diharapkan Arsitektur Vernakular menjadi salah satu jembatan menuju evolusi arsitektur Indonesia modern yang tetap berjati diri dan berakar pada tradisi.
Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.
Romo Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat. Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Sonny Susanto, salah seorang dosen arsitek pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia juga mengatakan bahwa arsitektur vernakular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional, yang mana arsitektur tradisional sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara umum, sedangkan arsitektur vernakular merupakan transformasi dari situasi kultur homogen ke situasi yang lebih heterogen dan sebisa mungkin menghadirkan citra serta bayang-bayang realitas dari arsitektur tradisional itu sendiri.
(http://de-arch.blogspot.com/2008/10/arsitektur-vernakular-tinjauan-rumah.html).

Menurut Julaihi Wahid, School Of Housing Building and Palnning University sains Malaisya 11800, Penang, Melalui Seminar Arsitektur yang berjudul Arsitektur Vernakular Sebagai Jiwa Arsitektur Nusantara atau sebuah kajian arsitektur dan perkotaan, pada tanggal 29 Desember 2007 di Institut Teknologi Medan, Arsitektur Vernakular didefenisikan (dalam bahasa latin sama dengan Vernaculus atau Slave quarter to take charge of the back garden) adalah Bahasa Semasa atau Arsitektur Rakyat (indigenous). Jangan disamakan dengan arsitektur tradisional, akan tetapi apabila tipe ini diulang dan di aplikasikan secara berterusan ia akan menjadi tradisional. Yaitu satu istilah untuk mengkategorikan teknik binaan lokal yang menggunakan sumber tempatan atau lokal yang ada untuk keperluan lokal. Dan berkembang mengikuti masa, yang mencerminkan.
 Lingkungan.
 Budaya
 Sejarah








Karena itu, arsitektur vernakular boleh jadi merupakan panduan untuk membuat arsitektur berwawasan lingkungan, dalam arti memperhatikan potensi lokal seperti udara alami, tanaman, material alami, dan sebagainya. Mempelajari arsitektur vernakular dapat membantu kita memahami bagaimana secara wajar, kita dapat mengolah material dalam sistem konstruksi untuk menghadapi alam melalui arsitektur tanpa berlebihan. Di Indonesia, sudah menjadi konsensus bahwa atap yang tinggi dengan plafon dapat membantu rumah terasa lebih sejuk, dan dapat mengalirkan air hujan lebih cepat. Teritisan merupakan cara jitu untuk menghalau hujan memasuki pintu dan jendela. Teras adalah bagian dari rumah dimana kita bisa merasakan hembusan angin di udara tropis dengan nyaman.
Pengetahuan arsitektur vernakular dapat dilihat secara langsung melalui bangunan-bangunan arsitektur rakyat yang menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna. Kesederhanaan justru menjadi ciri utama yang memberikan nilai lebih berupa estetika khas arsitektur vernakular dan tradisional. Kesederhanaan dalam penggunaan material, menjadi cermin dari tingkat kematangan desain dan bagaimana menggunakan material secara wajar dan tidak berlebihan.
Amos Rapoport dalam buku House Form and Culture menyatakan bahwa terjadinya bentuk-bentuk atau model vernakular disebabkan oleh enam faktor yang dikenal sebagai modifying factor (Rapoport, 1969: 78), diantaranya adalah:
 Faktor Bahan yaitu Lingkungan vernakular cenderung menggunakan bahan dari alam atau bahan yang ‘bersahabat’ dengan alam.
 Metode Konstruksi yaitu Pemakaian ahli bangunan sangat jarang karena dalam lingkungan vernakular model yang diterapkan dipakai secara bersama oleh masyarakat.
 Faktor Teknologi yaitu Teknologi dipakai turun-temurun dan menjadi tradisi dalam masyarakat. Faktor Iklim, faktor Pemilihan bahan, konstruksi dan teknologi yang digunakan selalu mengacu kepada lingkungan sekitarnya sehingga bentuk-bentuk vernakular merupakan hasil dari pemecahan terhadap permasalahan Iingkungannya khususnya iklim.
 Pemilihan Lahan yaitu Lahan memberikan arti pada bangunan dari segi fisik (kondisi religi).
 Faktor sosial-budaya yaitu faktor sosial melingkupi struktur keluarga, hubungan masyarakat dan mata pencaharian sedangkan faktor budaya meliputi pandangan manusia terhadap alam, ide hidup yang ideal, simbol-simbol, kepercayaan dan agama.
Amos Rapoport juga mengakui bahwa faktor diatas tidak bersifat statis namun bersifat dinamis sehingga model vernakular akan terus berevolusi seiring dengan berubahnya faktor diatas. Keenam faktor diatas membuktikan bahwa bentuk geometri dari model vernakular merupakan hasil trial & error setelah melalui evaluasi dari beragam force yang ada. Evolusi dari model vernakular terus berkembang menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai arsitektur modern. Diawali dari arsitektur klasik (baroque, ecclictism, art nouveau, victorian dll) dan diakhiri dengan gaya arsitektur post-modern. Keseluruhan gaya arsitektur modern diatas tidak hanya berdiri sendiri namun juga mengalami proses trial and error menghadapi beragamnya faktor atau force yang ada. Yang membedakan arsitektur modern dengan arsitektur vernakular adalah evolusi atau berkembangnya motivasi pembentuknya – force-nya.
Bila dikaitkan dengan teori segitiga Maslow, kehadiran model vernakular cenderung dimotivasi untuk memenuhi kebutuhan survival atau rasa aman manusia (motivasi terbawah) sedangkan arsitektur modern ada karena motivasi aktualisasi diri (motivasi teratas). Meskipun demikian pendapat tersebut tidak bersifat baku, banyak bangunan vernakular yang dibangun dengan motivasi aktualisasi diri sebaliknya sama dengan bangunan modern (Gossel, 2005). Terlepas dari perbedaan yang ada, pembentukan sebuah karya arsitektur (tradisional, modern) sama dengan pembentukan bentuk organik, keduanya dipengaruhi oleh kehadiran force yang ada, resultannya adalah sebuah form - bentuk geometri. Sehingga, Proses perancangan yang penulis maksud bermakna perancangan bentuk - form dengan berusaha merespon force yang ada. Pemakaian kata ”irreversible” (tidak dapat dibalik) menjelaskan bahwa tahapan dalam merancang tidak dapat dibalik, form yang dirancang tanpa pertimbangan force akan gagal dengan sendirinya karena tidak dapat membendung kemauan force atau gagal beradaptasi.
3.3. Interpretasi
3.3.1. Interpretasi Arti Kata
a. Vernacular  Vernakular yaitu dalam bahasa latin adalah Vernaculus atau Verna yang artinya anak budak yang lahir diarea rumah tuannya.
 Bahasa daerah, logat asli, dialek seperti diutarakan dalam bahasa sehari-hari, bahasa rakyat, gaya bahasa
 Berdasarkan tempat kelahiran
 Berbeda dengan bahasa formal yang diajarkan di sekolah
 Arsitektur vernakular, adalah arsitektur yang perwujudannya sangat erat dengan seluruh kondisi setempat dimana ia tumbuh.
b. Traditional  Tradisional yaitu Traditio atau onis yang artinya melewati, memberikan, meneruskan
 Penerusan opini atau praktek tidak tertulis untuk diikuti atau dijadikan norma agar hidup selalu selamat dan terjaga
 Konvensi yang terjalin berkat praktek sehari-hari
 Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang perwujudannya berlandas pada tradisi yang dianut oleh masyarakatnya.
c. Folk (Tradition  Folk (Tradition) yaitu OE- folc, ON- folk, Ger-volk yang artinya rakyat atau bangsa.
 Orang-orang sejenis Folk tradition architecture artinya arsitektur yang sudah merakyat, berdasar tradisi membangunnya.
 Arsitektur dengan bentuk umum yang dapat ditemui di mana-mana ditempat tersebut
d. Grand (Tradition)  grand (tradition) dalam bahasa latin adalah Grandis atau Grand yang artinya Agung, besar, mewah.
 Paling tinggi letaknya dalam suatu susunan.
 Gaya kehidupan yang serba wah.
 Grand tradition architecture artinya arsitektur yang agung, serba khusus perlakuannya, paling menonjol dari yang lain, mempunyai cita rasa yang berbeda dari yang kebanyakan karena diwujudkan dalam tradisi yang serba agung.
e. Communal  Communal atau Communis atau commune artinya yang bertujuan dan berhubungan dengan umum.
 Sekelompok orang yang hidup bersama dengan membagi kepemilikan.
 Pembentukan kelompok berdasarkan kepentingan dan perhatian yang sama
f. Local  Local dalam bahasa latin disebut localis atau locus yang berarti Tempat.
 Segala sesuatu tentang tempat.
 Lokalitas adalah bersifat ketempatan atau eksis dalam tempat
 Arsitektur lokal artinya arsitektur yang perwujudannya mengandung nilai-nilai atau karakter setempat. Elemen setempat itu dapat saja pada keseluruhan bentuknya atau hanya melekat pada detail ornamen.

3.4. Pengaplikasian Tema Arsitektur Vernakular Melayu terhadap Rancangan Perumahan.
3.4.1. Tinjauan Terhadap Bangunan Melayu
3.4.1.1. Suku Melayu yaitu :
Dalam pengertian mutakhir merujuk kepada penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat resam orang Melayu, dalam hal ini sudah terjadi akulturasi dengan bangsa asing lainnya yang datang dari luar Kepulauan Melayu. Bangsa Melayu merupakan bangsa termuda di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan kuno di pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di Selat Malaka yang menggunakan sejenis bahasa yang sama yang dinamakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai Proto Melayu (Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu.
(http://tutinonka.wordpress.com/2008/08/08/balai-melayu-melabuh-rindu-di-rantau/)
3.4.1.2. Rumah Melayu
Rumah Tradisional Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu Rumah Tiang Enam, Rumah Tiang Enam Berserambi, dan Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi. Rumah tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar dengan Tiang induk sebanyak dua belas buah.
3.4.1.3. Tipologi
Tipologi rumah tradisional melayu adalah rumah panggung atau berkolong, dan memiliki tiang – tiang tinggi. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang sudah turun temurun. Tinggi tiang – tiang penyangga rumah sekitar dua sampai dua setengah meter. Tinggi rumah induk bagian atas sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana di dalam ruangan sejuk dan segar karena banyak memiliki jendela serta lubang angin.
3.4.1.4. Fungsi Tiang – tiap Ruangan
Setiap ruangan pada rumah melayu memiliki nama dan Fungsi tertentu. Selang depan berfungsi sebagai tempat meletakkan barang – barang tamu, yang tidak dibawa kedalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pria, tetangga dekat, orang – orang terhormat, dan yang dituakan. Ruang serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat menerima tamu agung, dan yang sangat dihormati. Ruang selang samping berfungsi sebagai tempat meletakkan barang – barang yang tidak dibawa kedalam ruangan serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan masuk bagi tamu wanita. Ruang dapur dipergunakan untuk memasak dan memnyimpang barang-barang keperluan dapur. Karena susunan papan lantainya jarang, maka sampah dapat langsung dibuang ketanah.
Ruangan kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat bekerja sehari – hari dan menyimpan alat – alat rumah. Sedangkan WC dan kandang kambing atau ayam letaknya agak dibelakang rumah.
3.4.1.5. Jenis Rumah Melayu
a. Rumah Kediaman, dinamakan juga dengan Rumah Bubung Melayu, Rumah Belah Rabung atau rumah Rabung. yaitu rumah tempat tinggal atau rumah tempat diam, atau rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga.
b. Rumah Balai. Yaitu semua bangunan yang dipergunakan untuk pertemuan anggota masyarakat, seperti balai Adat, Balai penghadapan, Balai Rung Sari, Balai Panca Persada, Balai Kerapatan, dan sebagainya.
c. Rumah Ibadah yaitu Bangunan yang didirikan dan berfungsi sebgai tempat melakukan kegiatan ibadah dan kegiatan lainyang berkaitan dengan keagamaan
d. Rumah Penyimpanan, yaitu segala bangunan yang dipergunakan untuk tempat penyimpanan benda – benda keperluan hidup.


3.4.1.6. Bagian – bagian Rumah Melayu
1. Atap
Bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia, tetapi pada perkembangannya sering digunakan atap seng. Rumah melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi, ada kalanya terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang berguna untu menampung air hujan. Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit keatas, dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikan arsitektur rumah melayu. Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit. Atau disebut dengan Gajah Minum atau Gajah MenyusuPada ujung rabung yang terjungkit diberi sekeping papan bertebuk sebagai hiasan, yang juga berfungsi sebagai penutup ujung kayu perabung. Selanjutnya pada bagian bawah, papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplank berukir memanjang menurun sampai kebagian yang sejajar dengan tutup tiang.











Gambar 3.4.1.6. : Bentuk atap
(Sumber : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M., 2005, hal : 35)

Lambang pada atap, perabung memiliki bentuk lurus, sebagai lambang lurusnya hati orang melayu. Sifat lurus itu haruslah dijunjung tinggi atas kepala dan menjadi pakaian hidup.
Pada Perencanaan Perumahan Pemda di Kabupaten Serdang Bedagai Kota Sei Rampah ini, Penerapan Bentuk atap yang diaplikasikan pada bangunan diambil bentuk atap bubungan lima, bubungan Perak, dan bubungan limas. Dimana perpaduan dari pada bahan – bahan yang dipakai untuk menerapakan atap ini digunakan atap dengan konstruksi baja ringan, yang mana pekerjaan pemasangan nya lebih mudah dan biaya lebih ekonomis.

2. Dinding
Papan dinding dipasang vertikal. Cara memasang dinding umumnya dirapatkan dengan lidah pian, atau dengan susunan bertindih yang disebut tindih kasih. Cara lain adalah dengan pasangan horizontal dan saling meninidih yang disebut susun sirih. Kalaupun ada yang dipasang miring atau bersilang, pemasangan tersebut haya untuk variasi, umumnya kemiringan rata-rata 450.












Untuk Perencanaan Pemasangan Dinding pada perencanaan perumahan Pemda ini, pemasangan dindingnya direncanakan dengan pemasangan dinding beton, dimana penerapan yang diaplikasikan terhadap dinding diambil berdasarkan keadaan dan kesesuaian, terutama pada tema perncanaan. Sehingga
3. Tangga
Tangga merupakan alat penghubung antara satu lantai dengan lantai lainnya (dengan elevasi yang lebih tinggi). Tangga pada rumah melayu umumnya menghadap ke jalan umum dan bentuknya segi empat atau bulat. umumnya jumlah anak tangga berjumlah ganjil sebab menurut kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya. Tangga depan selalu berada di bawah atap dan terletak pada pintu serambi muka atau selang muka.










4. Lantai
Lantai rumah umunya di ketam rapi dengan ukuran lebar antara 20 s/d 30cm. Lantai biasanya terbuat dari papan kayu meranti, medang atau punak atau anak-anak kayu yang disebut anak laras. Tinggi lantai rumah melayu tidak sama. Lantai rumah induk lebih tinggi dibandingkan dengan lantai beranda depan dan beranda belakang. Lantai beranda lebih tinggi dari lantai selasar, lantai selasar lebih tinggi dari lantai dapur, tetapi ada kalanya sama dengan lantai penanggah. Tinggi lantai rumah induk biasanya lima sampai enam kaki dari permukaan tanah. Lantai dapur lebih rendah satu kaki dari lantai ruang induk, demikian pula beranda belakang. Lantai dapur lebih rendah dari lantai beranda belakang dan yang paling rendah adalah lantai selang. Lantai selang dibuat jarang berjarak sekitar dua jari dengan lebar papan empat inci.
Pengaplikasian bentuk lantai pada bangunan dibuat seperti tipe lantai rumah tinggal melayu namun jarak antara satu ruang dengan ruang yang lainnya atau ketinggiannya dibuat berdasarkan rumah biasa. Yang mana penerapan tersebut dirata-ratakan berjarak 5 hingga 10 cm.


5. Ornamen Rumah adat Melayu
Ornamen yang diterapkan kedalam perencanaan perumahaan ini terletak pada bagian lisplang dan lubang angin pada masing masing bangunan. Yaitu seperti :
a. Ornamen jala – jala
Ornamen ini dipasang pada kasa pintu, kasa jendela rumah rakyat.

Gambar .3.4.1.6.5. bentuk oranamen pada angin – angin pintu dan jendela
(Sumber : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M., 2005, hal : 103)



3.5. Studi Banding Terhadap Tema Arsitektur Vernakular Melayu


















IV. ANALISA
4.1. Analisa Site
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 ” – 3 0 16 ” Lintang Utara, 98 0 33 ” – 99 0 27 ” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan 1.900,22 Km2 (190.022 Ha), dan memiliki 17 Kecamatan, 243 Desa, dan 6 Kelurahan. Yang secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah yaitu ;
 Sebelah Utara Daerah ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
 Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Simalungun.
 Sebelah Selatan Berbatasan dengan kabupaten simalungun.
 Sebelah Barat Berbatasan Langsung dengan Kabupaten Deli Serdang yaitu Sungai Buaya dan Sungai Ular.
Penduduknya berjumlah 579.499 jiwa atau 131.844 keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 305 jiwa per kilometer persegi. Dari jumlah penduduk tersebut, tingkat pengangguran terbuka relatif kecil yakni 14.774 jiwa atau sekitar 3 persen. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari multi etnis yang ada, yakni Jawa, Melayu, Batak Karo, Batak Simalungun, Karo, Angkola, Mandailing, Minang, Banjar, Aceh, Nias dan Tionghoa-Indonesia. Potensi terbesar yang dimiliki Sergei adalah persawahan yang memproduksi 354.355 ton gabah dari luas lahan 68.967 hektar pada tahun 2003. Produksi ini surplus 134.115 ton yang didistribusikan ke berbagai daerah. Disusul oleh ubi kayu 272.173 ton.
























Gambar 4.1. Analisa Site
4.2. Alternatif Pemilihan Lokasi
4.2.1. Alternatif , I Lokasi Tapak Perencanaan berada dijalan Belidaan Desa Cempedak Lobang Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai















4.2.2. Alternatif, II Lokasi Tapak Perencanaan berada dijalan Negara kawasan perumnas dan asrama polisi.

















4.2.3. Alternatif, III Lokasi Tapak Perencanaan berada dijalan Mangga Dua Desa Sei Rejo Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.


































4.3. Tinjauan Lokasi Yang Terpilih.
Untuk Menentukan Lokasi Perencanaan Perumahan Pemda di Kabupaten Serdang Bedagai ini, Maka dibuatlah Kriteria Pemilihan lokasi sebagai berikut :
No Kriteria Penentuan Lokasi Lokasi atau Kawasan
Jalan Belidaan Desa Cempedak Lobang Point Jalan Negara Kawasan Perumnas Point Jalan Mangga Dua Desa Sei Rejo Point
1 Leta Lokasi Perencanaan (SITE) Letak Site Pada Lokasi ini baik dikarenakan berada dikawasan pemukiman penduduk 90 Letak Site baik, dikarenakan kawasan pemukiman penduduk, namun lokasi kurang mencukupi 80 Letak site sangat strategis dan sangat baik, karena merupakan kawasan permukiman dan berdasarkan peraturan pemerintah diperuntukkan untuk kawasan perumahan 90
2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dikawasan ini tidak begitu banyak, dikarenakan lahan yang masih kosong adalah rawa. 60 Sangat padat karena sudah ada dua lokasi perumahan, sehingga terjadi penumpukkan 70 Kepadatan penduduk tidak terlalu padat sehingga memungkinkan adanya perencanaan Perumahan 80
3 Pencapaian Baik, karena sudah beraspal dan terawat namun lebar jalan kurang memadai, hanya bisa melintas dua mobil berlawanan arah 70 Mudah karena dekat dengan jalan raya atau jalan utama, mengakibatkan kebisingan lebih sering terjadi 70 Mudah dan dekat dengan berbagai fasilitas seperti pasar, Kota, stasiun serta jalan sudah beraspal dan terawat, memiliki paret kota 90
4 Penyediaaan lahan Masih banyak terdapat lahan yang kosong 80 Kurang mencukupi 60 Cukup luas 90
5 Daerah Perdagangan Ada dan tidak seharian 60 Ada, dikarenakan dekat dengan jalan raya 80 Ada, karena dekat dengan kota dan pasar, stasiun kereta api. 80
6 Topografi Beriklim Tropis atau Sama Halnya Dengan Iklim Di Indonesia 85 Beriklim tropis, sama dengan Iklim yang ada di indonesia 85 Beriklim tropis sama halnya dnegan keberadaan iklim yang ada di indonesia 85
Total 445 445 605
Jadi tinjauan lokasi terpilih berdasarkan kriteria pemilihan lokasi pada Perencanaan Perumahan Pemda di Kabupaten Serdang Bedagai Menurut pertimbangan dalam tabel diatas, maka lokasi yang layak untuk Perencanaan Perumahan Pemda terpilih pada Alternatif III yaitu yang berada di Kecamatan Sei Rampah, Jalan Mangga Dua , Desa Sei Rejo.
4.4. Lokasi Yang Terpilih.









Lokasi Tapak Perencanaan Yang Terpilih Berada Dijalan Mangga Dua Desa Sei Rejo Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.


4.5. Batasan Site
Dari Tengah Site Menghadap Keutara berbatasan dengan lahan kosong dan perkebunan penduduk
Dari Tengah Site Menghadap Ke Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk dan perkebunan penduduk
Dari Tengah Site Menghadap ke Timur Berbatasan dengan Jalan utama menuju site dan Pemukiman penduduk
Dari Tengah Site Menghadap Kebarat berbatasan dengan lahan kosong dan perkebunan penduduk



PHOTO BATASAN SITE PADA LOKASI PERENCANAAN


































4.6. Pencapaian / Entrance

Peta Klasifikasi Jalan

Gambar 4.6.. Peta Klasifikasi Jalan
Sumber : Bappeda Serdang Bedagai

Untuk Pencapaian atau Entrance pada site dapat disimpulkan berdasarkan kriteria pemilihan site yang telah diuraikan pada lembar sebelumnya bahwa pencapaian pada site Mudah dan dekat terhadap fasilitas – fasilitas yang lain yang berhubungan dengan kebutuhan perumahan dan penghuninya. Untuk sirkulasi atau jalan menuju site juga sudah dijelaskan bahwa pencapaian atau jalur menuju site beraspal dan terawat, kemudian untuk jalur alternatif juga sudah direncanakan dimana tembusan jalan keluarnya melalui site berdekatan dengan Simpang Firdaus atau daerah Belidaan.







4.7. Analisa Lingkungan
a. Analisa Kebisingan










Kebisingan yang terdapat pada site berasal dari pintu masuk dan pintu keluar Site dimana pada site di sekitar Pintu masuk dan Pintu keluar yang direncanakan terdapat jalan utama menuju site dan pemukiman penduduk.

Alt 1.
Pada site direncanaakan 2 Pintu yaitu Pintu masuk dan Keluar
Alt. 2
Menanami Pohon pada sekitar site diarea pintu masuk dan keluar karena kebisingan timbul dari kawasan pemukiman penduduk dan jalan mangga dua sei rejo.





Gambar ini adalah sebagai wujud dari analisa kebisingan yang terjadi pada Site. Yaitu direncanakannya pepohonan pada area pintu masuk dan pintu keluar dari site dan vegetasi sebgai buffer terhadap kebisingan pada Site atau Tapak.



b. Analisa View
View Kedalam Site atau Tapak dari luar Site

















View Keluar Site dari dalam Site















c. Analisa Luasan Site
Perhitungan luasan tapak adalah sebagai berikut:
Panjang tapak = 300 m
Lebar tapak = 250 m
Luas tapak seluruhnya = 300 m x 250 m2
= 75000 m2
= 7,5 Ha











Gambar. Luasan Site Perencanaan

d. Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Bangunan yang terdapat didaerah site adalah :
Lebar Jalan 12 Meter yang ada sekarang (Direncanakan dari parit kota praja sebelah kiri hingga keparit kota praja sebelah kanan 16 Meter lebarnya). Atau yang masih teraspal sekarang adalah 12 Meter. Maka GSB = ½ X 6 m + 1 = 4 M.











Gambaran Jalan yang ada di daerah Site ( Jalan Mangga Dua Sei Rejo)
e. Koefisien Dasar Bangunan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah, Koefisien Dasar Bangunan 65% dan 35 % untuk ruang terbuka. Dengan Perincian :
Lusan Tapak yang dapat dibangun = 65 % X 75000 m2 = 48750 = 4,875 Ha
Luasan Tapak untuk ruang terbuka = 35 % X 75000 m2 = 26250 = 2,625 Ha





f. Analisa Iklim
 Orientasi Matahari
Matahari berjalan atau merambat dari arah timur ke barat. Hal ini mempengaruhi besar cahaya ke dalam ruangan yang menghadap ke arah timur, barat, utara dan selatan. Radiasi ini berpengaruh besar terhadap sistem pengudaraan buatan di dalam ruangan. Apalagi matahari baru menyinarkan cahaya panas dan terang pada pukul 10.00 s/d 15.00. Untuk mengurangi banyaknya cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan, maka perlu dibuat pada bangunan tertutup dengan pengudaraan buatan.
Radiasi atau panas matahari yang diterima bangunan berdasarkan arahnya adalah sebagai berikut :
Arah Dinding Keterangan
Menghadap Ke Utara dari Timur Akan menerima sinar matahari pada akhir musim semi dan awal musim panas
Menghadap Ke Selatan dari Timur Akan Menerima Sinar Matahari langsung pada musim gugur dan awal musim dingin
Menghadap Ke Timur dari Utara Akan Menerima Sinar Matahari langsung pada saat matahari terbit pada pagi hari
Menghadap Ke Barat dari Utara Akan menerima sinar matahari pada sore hari
Hal-hal yang menjadi pertimbangan untuk bangunan terhadap pengaruh sinar matahari adalah :
1. Pemanfaatan sinar matahari pagi dengan merencanakan bukaan-bukaan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan.
2. Meminimalkan bukaan-bukaan pada arah matahari sore, agar tidak merusak bahan yang ada pada ruangan.
3. Peneduhan terhadap bangunan.













g. Analisa Angin









Keterangan :
• Angin laut berhembus dari utara ke selatan, angin laut terjadi pada malam hari.
• Angin darat berhembus dari selatan ke utara, angin darat terjadi pada siang hari.
• Angin barat dan angin timur terjadi karena adanya penghalang seperti bangunan dan pepohonan.
h. Analisa Curah Hujan
Berdasarkan Pengamatan stasiun sampali mengenai klimatologi, pada tahun 2006 menunjukkan rata – rata curah hujan berkisar antara 30 sampai 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan agustus – september dan hari hujan perbulan berkisar 8 – 26 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan agustus – september, kecepatan udara rata – rata 1,10 m/dt. Dengan tingkat penguapan 3,74 mm/hari. Temperatur udara perbulan minimum 23,7 o C dan maksimum 32,2 oC.















Alternatif Tanaman Karakteristik Tanaman Fungsi
1. Pohon pelindung besar seperti : beringin, atau mahoni Tanaman yang dipilih adalah tanaman dengan tinggi 10-15 m. memiliki tajuk cenderung bulat dengan lebar tajuk ± 4-6 m.  Dapat mempertegas bentuk horizontal pada lingkungan atau bangunan.
 Mampu memberikan peneduhan hingga 28%.
 Dapat berfungsi sebagai pencegah pemantulan cahaya dari kendaraan atau bangunan pada malam hari.
2. Pohon pelindung sedang seperti akasia, cemara kipas atau kiara payung. Mamiliki tinggi ± 5-10 m, bertajuk bulat atau meruncing ke atas dengan lebar tajuk ± 2-4 m  Memberikan peneduhan pada tapak hingga 14%.
 Mampu meminimalkan efek pantulan kaca dari bangunan, dan debu pada tapak.
3. Perdu dan semak dari teh-tehan, dan tanaman hias seperti bougenvil dan puring Memiliki tinggi ± 2-5 m, memiliki tajuk yang tidak terlalu lebar.  Berperan sebagai aksen visual
 Mempertegas bentuk gelombang pada tapak yang berkontur.
 Sebagai bagian dari taman pada perumahan atau dalam sebuah kawasan.
4. Tanaman penutup tanah seperti lili paris atau nanas hias dan rumput Tanaman penutup tanah terdiri dari tanaman yang berdaun dan berbunga indah labih tinggi dari rumput.  Berfungsi sebagai pencegah radiasi panas matahari terhadap permukaan tanah.
 Memberikan aksen visual pada taman atau halaman perumahan.
 Sebagai pengalas dan penutup lapisan tanah.





























Tabel Kebutuhan dan Kriteria Ruang







k. Analisa Bentuk
 Bentuk
Bentuk dalam arsitektur adalah titik antara massa-massa dan ruang. Bentuk-bentuk arsitektur meliputi : Tekstur, material, pemidahan antara cahaya dengan bayangan, warna yang merupakan perpaduan dalam bentuk, untuk menentukan mutu atau jiwa dalam penggambaran ruang. ( Francis D.K Ching. 1990 ).

Wujud Dasar Keuntungan Kekurangan

 Bentuk stabil dan berkarakter kuat.
 Mudah digabungkan menjadi bentuk geometris lainnya.
 Orientasi ruang pada ketiga-tiga sudutnya.
 Pengembangan pada ketiga sisinya.  Kurang efisien
 Fleksibilitas ruang kurang
 Lay out ruang sulit

 Bentuk statis
 Mudah berkembang ke segala arah.
 Orientasi ruang pada keempat sisi pembatasnya.
 Efisiensi ruang tinggi dan mudah digabungkan dengan bentuk lain.  Orientasi ruang cenderung statis

 Bentuk halus dan informal
 Orientasi memusat dan statis
 Indah dilihat dari luar.  Sulit di kembangkan
 Fleksibilitas ruang rendah
 Kurang efisien
 Sulit digabungkan dengan bentul lain
 Lay out ruang cenderung lebih sulit.
Table Wujud Dasar

Selain alternatif wujud dasar, terdapat juga alternatif pola bentuk sebagai pertimbangan penentuan bentuk dan massa bangunan yang akan digunakan. Ada beberapa pola bentuk dalam arsitektur yang dapat diterapkan dalam sebuah perancangan. Bentuk-bentuk tersebut memiliki ciri-ciri dan karakter tersendiri, yaitu:

Bentuk Keterangan
Bola adalah bentuk yang berpusat dan memiliki konsentrasi (pemusatan) yang tinggi. Seperti halnya lingkaran yang menjadi bentuk dasarnya, bentuk bola mempunyai poros dan pada umumnya stabil terhadap lingkungannya. Bola cenderung menggelinding jika diletakkan pada suatu bidang miring. Dilihat dari sudut manapun juga, wujud bola selalu tampak sama.
Silinder mempunyai pusat yang merupakan sumbu yang berbentuk garis yang menghubungkan pusat-pusat kedua permukaan lingkaran yang ada. Silinder dapat diperpanjang dengan mudah menurut arah sumbunya. Silinder merupakan bentuk yang stabil jika diletakkan pada permukaan lingkarannya ; berubah menjadi labil jika sumbunya dicondongkan.
Kerucut dibentuk dengan memutar sebuah segitiga sama kaki menurut sumbu tegaknya. Seperti halnya silinder, kerucut merupakan bentuk yang sangat stabil jika berdiri di atas permukaan lingkaran dasarnya dan berubah menjadi tidak stabil jika sumbu vertikalnya dimiringkan atau dibalik. Masih dapat berdiri stabil jika diletakkan pada ujungnya walaupun dalam keadaan keadaan seimbang yang kritis.
Piramida memiliki ciri-ciri yang serupa dengan kerucut. Oleh karena semua permukaan sisi-sisinya merupakan bidang-bidang yang datar maka piramida dapat berdiri dengan stabil pada setiap permukaannya.
Lain halnya dengan kerucut yang merupakan bentuk yang lembut, piramida secara relatif adalah bentuk yang keras dan bersudut.
Kubus adalah bentuk prisma yang memiliki 6 bidang permukaan bujur sangkar yang berukuran sama dan 12 sisi yang sama panjang. Oleh karena dimensi-dimensinya yang sama, kubus adalah bentuk statis yang tidak menunjukkan gerak maupun arah, dan merupakan bentuk yang stabil kecuali jika berdiri di atas salah satu sisi atau sudutnya. Walaupun profil sudut-sudutnya dipengaruhi oleh arah pandangan kita, kubus merupakan bentuk yang sangat mudah dikenal.
Tabel. Bentuk

Dari analisa bentuk dasar di atas, alternative bentuk yang akan digunakan pada perencanaan Perumahan adalah bentuk dasar kubus dan untuk bentuk atap mengunakan segi tiga,dengan lingkaran . Mengingat Perumahan merupakan bangunan dengan jenis kegiatan yang membutuhkan efisiensi ruang yang tinggi, maka bentuk kubus dianggap bentuk yang paling sesuai dengan karakter rumah tinggal.










Gambar Dasar Bentuk Bangunan
l. Analisa Sirkulasi
Dalam Perencanaan Perumahaan ini perlu direncanakan bentuk sirkulasi, baik itu untuk sirkulasi pejalan kaki, kendaran roda dua maupun kendaraan roda empat, yaitu untuk menciptakan kelancaran dan kenyamanan sirkulasi didalam site perencanaan. Beriukut adalah bentuk pola bentuk sirkulasi yang akan diterapkan kedalam perencanaan.:
Sirkulasi Kelebihan Kelemahan
Dead End
 Cocok untuk pola massa banyak
 Sirkulasi baik dan lancar
 Memberikan kesan mengundang  Pola parkir agak rumit
 Lahan kurang optimal
T Turn
 Cocok untuk pola massa banyak
 Pencapaian dapat dibuat alternatif
 Urutan pencapaian lebih singkat  Sirkulasi agak membingungkan
 Perlu adanya tanda / rambu pada jalan
Cul-de-sac
 Cocok untuk pola massa banyak
 Urutan pencapaian lebih teratur
 Arus Sirkulasi dapat berulang-ulang
 Sirkulasi jelas dan teratur  Lama waktu pencapaian tergantung pada tempat tujuan

Dari bentuk pola sirkulasi tersebut maka penerapan bentuk pola sirkulasi yang diterapkan kedalam perencanaan ini adalah pola sirkulasi T-Turn, dimana perencanaan ini cocok dengan pola massa yang banyak, dan arus sirkulasi dapat berulang – ulang, kemudian lebih jelas dan teratur. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini yatiu gambaran bentuk pola sirkulasi yang akan diterapkan pada perencanaan.








l.1. Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi hirarki dapat dibagi dua jalur yaitu : jalur distribusi, untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat) dan jalur akses, jalur untuk melayani bangunan-bangunan (jalur lambat). Ke duanya harus terpisah sehingga kelancaran lalu lintas dapat dijamin. Fasilitas penunjang yang diperlukan antara lain rambu-rambu lalu lintas dan ruang parkir yang mana harus disesuaikan dengan site yang tersedia.
l.2. Sirkulasi Manusia
Sirkulasi manusia dapat berupa berjalan, tempat berkeliling sambil melihat pemandangan, tempat beristirahat, tempat berhenti sejenak. Bentuk sirkulasi manusia berupa ruang terbuka, pedestrian, trotoar, serta memberikan tempat penyeberangan seperti: zebra cross dan jambatan penyeberangan.
l.3. Sirkulasi Pencapaian Ruang
Pencapaian ke bangunan sebelumnya benar-benar memasuki sebuah ruang dalam dari suatu bangunan, kita mendekati jalan masuknya melalui sebuah jalur. Ini merupakan tahap pertama dari sistem dimana kita dipersiapkan untuk melihat, mengalami dan menggunakan ruang-ruang bangunan tersebut. Pencapaian ke bangunan dapat dibagi atas :
1. Pencapaian Langsung.
yaitu suatu pencapaian yang mengarah langsung ke suatu tempat masuk melalui sebuah jalan yang segaris dengan sumbu bangunan.
Tujuan visual dalam pengakhiran pencapaian ini jelas, dapat merupakan fasade muka keseluruhan dari sebuah bangunan atau tempat masuk yang dipertegas.
2. Pencapaian Tersamar.
yaitu pencapaian yang samar-samar mempertinggi efek perspektif pada fasade depan dan bentuk suatu bangunan.
Jalur dapat diubah arahnya satu atau beberapa kali untuk menghambat dan memperpanjang urutan pencapaian. Jika sebuah bangunan didekati pada sudut yang ekstrim, jalan masuknya dapat memproyeksikan apa yang ada di belakang, sehingga dapat terlihat dengan jelas.
3. Pencapaian Berputar.
yaitu Sebuah jalan berputar memperpanjang urutan pencapaian dan mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan sewaktu bergerak mengelilingi tepi bangunan.
Jalan masuk bangunan mungkin dapat dilihat dengan terputus-putus selama waktu pendekatan untuk memperjelas posisinya atau dapat disembunyikan sampai di tempat kedatangan.
Pencapaaian Kelebihan Kelemahan
Langsung
- Pencapaian langsung mengarah pada bangunan.
- Memberi kesan memperjelas arah masuk kebangunan. - Pencapaian yang dilakukan terlalu monoton.
- Akan terjadi sirkulasi yang rumit serta dapat mengganggu aktifitas pada bangunan.
Tersemar
- Bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi tapak.
- Dapat berhubungan dengan bangunan yang lain didalam lingkungan. - Tidak dapat mengitari seluruh sisi bangunan.
Berputar
- Dapat mempertegas bentuk 3 dimensi - Memperpanjang urutan pencapaian
Tabel Analisa Srkulasi Pencapaian Ruang Bangunan

m. Analisa Kegiatan
1. Kelompok kegiatan dan pendukung
Perlunya analisa kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada perencanaan perumahan ini, unutk mengetahui unit-unit yang akan diperlukan serta untuk memenuhi kebutuhan akan kegiatan-kegiatan yang ada sesuai dengan fungsi bangunan.
 Konsumen (Penghuni Perumahan) adalah sekelompok orang yang mendiami atau menghuni tiap satuan rumah untuk berlindung dari panas dan hujan dalam kehidupan sehari-hari.




 Tamu adalah sekelompok orang yang mengunjungi penghuni suatu perumahan dalam menjalin hubungan silaturahmi.
SKEMA KEGIATAN



 Pengelola ( administrasi / operasional ), adalah sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam perumahan serta mengatur jalannya kegiatan (pengecekan, penyewaan).
c





2. Pengguna dan aktivitas
 Pengguna
Adapun pengguna dari satuan rumah adalah penghuni yang tinggal, maupun tamu yang datang pada tempat tersebut.
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan dalam rumah tidak berbeda dengan aktivitas umum yang dilakukan pada penghuni rumah tinggal biasa.

n. Sistem Parkir
Dalam merencanakan bentuk parkir ada beberapa macam alternatif yaitu :










Gambar Parkir Sejajar Gambar Parkir Sejajar Gambar Parkir Sejajar
Dari banyak standart Parkir, maka yang dipilih pada tapak perencanaan perumahan adalah parkir tegak lurus, dengan sudut 90°, dan parkir bentuk diagonal dengan sudut 60° dengan pertimbangan keefisienan tapak serta memberikan penampilan dan estetika yang baik pada tapak.
o. Analisa Struktur
Struktur merupakan bagian dari bangunan arsitektur, disamping bentuk, ruang, sirkulasi dan bagian lainnya. Struktur pada bangunan, dapat di umpamakan berupa tulang-tulang rangka badan pada manusia. Dengan adanya tulang belulang maka badan manusia bisa tegak berdiri dan berfungsi menjalankan pekerjaan dengan sempurna. Pada bagunan struktur merupakan kerangka sosok bangunan keseluruhan yang memungkinkan bangunan berdiri sempurna.
1. Struktur bawah atau Struktur Pondasi









Dari Kriteria pondasi - pondasi diatas maka pondasi yang akan diterapkan kedalam perencanaan perumahan pemda ini adalah Pondasi Batu kali, Pondasi Menerus, Pondasi Tapak, dimana alternatif pengaplikasian disesuaikan dengan bentuk dan fungsi kebangunan yaitu untuk bangunan rumah tinggal direncanakan menggunakan pondasi batu kali dan pondasi setempat, yang mana kelebihan yaitu sesuai dengan bangunan Rumah tinggal dan ekonomis, kekurangannya tidak mampu menahan bangunan berkapasitas tinggi.

2. Struktur badan 3. Struktur plat Lantai
Analisa untuk material dinding :















4. Analisa Struktur Lantai Bangunan

























p. Analisa Utilitas
1. Jaringan Air Bersih
Dalam penyusunan rencana jaringan air bersih dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain :
 Kebutuhan air bersih perorang setiap harinya.
 Jangkauan pelayanan air bersih bagi penduduk kota.
Penyediaan air bersih saat ini dilayani dari instalasi pengolahan air bersih PDAM, kemudian disebarkan dengan jalan distribusi. Sumber airnya tersebut didasarkan pada rencana pelayanan bagi penduduk kota melalui sambungan rumah tangga dan sambungan umum, dengan mengunakan data perkembangan penduduk per BWK dapat diperkirakan berapa volume kebutuhan air bersih perharinya yang harus disediakan. ketersediaan air bersih dimanfaatkan juga bagi keperluan rumah tangga dan kebutuhan non rumah tangga, perdagangan dan komersial.
Jalur penyediaan air bersih sebagai berikut :





Gambar Analisa. Jaringan Air Bersih


2. Jaringan Air Kotor
Air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya. Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang dapat digabung pembuangannya dan ada yang harus dipisahkan serta diproses tersendiri. Dan ada yang langsung ke saluran kota atau parit.
1. Air bekas buangan
2. Air limbah
3. Air hujan
4. Air limbah khsusus





3. Jaringan Listrik












q. Analisa sistem pencegah kebakaran
Sistem pencegah kebakaran sangat diperlukan pada sebuah bangunan untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, harta benda atau terganggunya proses suatu kegiatan dan bahaya lainnya. Usaha-usaha terhadap pencegahan kebakaran tidak hanya terbatas pada usaha-usaha memadamkan api saja, tetapi faktor mengalirnya asap juga harus diperhitungkan, karena alat pemadam api dan pencegah asap berbeda.
r. Analisa Penerangan atau Pencahayaan
1. Penerangan alami




Gambar AnalisaPenerangan Dan Pencahayaan Alami

2. Penerangan buatan
Tujuan pencahayaan buatan selain sebagai unsur penerangan, juga mempengaruhi suasana ruang yang dibutuhkan.





Gambar Analisa. Penerangan Buatan


s. Analisa Sistem Penghawaan
1. Penghawaan Alami
Penghawaan alami adalah penghawaan yang paling baik, karena itu harus memanfaatkan aliran udara yang sejuk dan segar untuk kesehatan dan kenyamanan dari pemakai ruang. Penghawaan alami untuk bangunan ini didapat dengan cara membuat ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara didalam bangunan.






Gambar Analisa Penghawaan Alami

2. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan pada bangunan ini dengan menggunakan Air Condition (AC) seperti untuk bangunan swalayan, bangunan serba guna, rumah sakit dan bangunan yang memerlukannya.






Gambar Analisa Sistem Penghawaan Buatan
t. Analisa sistem Pembuangan Sampah
System pembuangan sampah dapat dibedakan atas komponen-komponen : penyimpanan, pengumpulan, transfer depot, pengangkutan, TPS (tempat pembuangan sampah), dan pembuangan akhir. system pembuangan sampah di Sei Rampah belum sepenuhnya mengikuti system pembuangan sampah seperti prinsip diatas, masih ada penduduk membuang disembarang tempat bahkan tidak jarang membuang disungai atau diselokan. Sampah yang dihasilkan diangkut dengan gerobak besar selanjutnya diangkut kemudian dibuang ketempat pembuangan sampah sementara, selanjutnya diangkut dan dibuang ketempat pembuangan sampah akhir.
Adapun tempat pembuangan sampah akhir adalah di kawasan yang dekat dengan jaringan jalan, cukup jauh dari pemukiman, serta diusahakan pada tempat yang cekung.






Gambar Analisa Rencana Pembuangan Sampah


















V. KONSEP RANCANGAN
5.1. Penzoningan































`

Alternatif I Alternatif II







Dari Alternatif diatas yang dipilih adalah Alternatif I, dengan alasan pengunjung yang menghuni perumahan ini dapat memasuki jalur sirkulasi dengan bebas dan memilih jalur sirkulasi terdekat menuju tempat tinggalnya, sedangkan pengunjung yang baru memasuk kawasan perumahan ini, harus mendapatkan alamat dengan jelas, sehingga tidak kesulitan dalam mencari tujuannya didalam kawasan perumahaan ini nantinya.

5.2. Pemintakatan









Sumber dari hasil analisa penzoningan

5.3. Tata Letak














5.4. Pencapaian dan Sirkulasi



















Gambar Konsep sirkulasi didalam perencanaan




5.5. Konsep Bentuk
berdasarkan anallisa bentuk dasar perencanaan, maka bentuk yang digunakan pada perencanaan perumahan pemda adalah bentuk dasar kubus dan segitiga.













5.6. Ilustrasi Bentuk



















5.7. Konsep Struktur Pada Bangunan
Penerapan struktur pada perencanaan berdasarkan konsep, dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dimana struktur-struktur tersebut diterapkan kedalam bangunan perunitnya, diantaranya :























5.8. Konsep Utilitas
5.8.1. Konsep Perencanaan Sistem Jaringan Listrik








5.8.2. Konsep Jaringan Air Bersih
Sumber utama air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat dan untuk sumber air cadangan menggunakan sumur pompa atau deep well setelah melalui proses sterilisasi sampai memenuhi standart air bersih untuk kesehatan.
Dalam pendistribusian air bersih pada perencanaan perumahan ini, harus diperhatikan penempatan pipa-pipa di bawah tanah untuk kemudahan perbaikan dan pipa tersebut tidak kelihatan atau tersembunyi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan.






5.8.3. Konsep Jaringan Air Kotor














5.8.4. Konsep Sistem Pembuangan Sampah
Konsep perencanaan pembuangan Sampah yang dihasilkan dari kawasan perencanaan perumahan, diangkut dengan gerobak besar selanjutnya diangkut kemudian dibuang ketempat pembuangan sampah sementara, selanjutnya diangkut dan dibuang ketempat pembuangan sampah akhir.
Adapun tempat pembuangan sampah akhir adalah di kawasan yang dekat dengan jaringan jalan, cukup jauh dari pemukiman, serta diusahakan pada tempat yang cekung.






DAFTAR PUSTAKA

• Halim Abdul, Nasir Wan Hashim Wan Teh, 1997 : Warisan Seni Bina Melayu, Penerbit University Kebangasaan Malaysia, Bangi.
• Mudra Mahyudin Al, S.H., M.M., 2003 : Rumah Melayu Memangku Adat Menjemput Zaman, Yogyakarta.
• Neufert Ernst, 1996 : Data Arsitek, Jilid 1, Edisi 33, Jakarta : Erlangga.
• Jayadinata, johara.T, 1986 : Tata Guna Tanah DalamPerencanaan Pedesaan, Perkotaan, Dan Wilayah,Penerbit ITB, Bandung.
• Turan, mete, 1990 : Vernacular Architecture
• Dianto, Drs.Yan, 1985, Dasar – dasar Arsitektur,Penerbit M2S, bandung
• Luckman Sinar Tengku. SH, 1993, Motif Ornamen Melayu, Penerbit Lembaga pembinaan dan Pengembangan seni budaya melayu, medan
• RUTRW KOTA SERDANG BEDAGAI, 2009